RIYADH — Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed bin Salman (MBS), memberikan pernyataan tegas terkait masa depan hubungan diplomatik antara kerajaannya dengan Israel.
Dalam sebuah pidato terbaru yang menjadi sorotan dunia, penguasa de facto Arab Saudi tersebut menegaskan bahwa negaranya sebenarnya memiliki keinginan untuk melakukan normalisasi hubungan dengan Israel. Namun, langkah bersejarah tersebut tidak akan terjadi tanpa terpenuhinya satu syarat mutlak.
MBS menegaskan bahwa Arab Saudi tidak akan mengakui Israel atau menandatangani perjanjian damai apa pun sebelum Negara Palestina yang merdeka berdiri.
“Tapi…” yang Mengubah Peta Politik
Pernyataan MBS ini menjawab spekulasi panjang mengenai nasib kesepakatan normalisasi yang sempat didorong kuat oleh Amerika Serikat sebelum perang Gaza meletus.
“Kerajaan tidak akan menghentikan kerja kerasnya menuju pembentukan negara Palestina merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya,” tegas MBS.
Ia melanjutkan dengan kalimat kunci yang memupuskan harapan Israel untuk mendapatkan hubungan diplomatik tanpa konsesi:
“Kami menegaskan bahwa Kerajaan (Arab Saudi) tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa tercapainya hal tersebut (Negara Palestina).”

Kecaman Keras atas Agresi Gaza
Selain menetapkan syarat normalisasi, MBS juga menggunakan panggung tersebut untuk melontarkan kecaman keras terhadap tindakan militer Israel di Jalur Gaza.
Berbeda dengan nada diplomatik sebelumnya yang lebih lunak, kali ini MBS secara eksplisit menyebut tindakan Israel terhadap rakyat Palestina sebagai “kejahatan genosida”.
Ia mengutuk serangan-serangan yang menargetkan warga sipil dan infrastruktur vital di Gaza, serta pelanggaran terhadap kedaulatan Lebanon. Sikap keras ini menunjukkan bahwa Riyadh tidak bersedia mengorbankan isu Palestina hanya demi keuntungan ekonomi atau keamanan dari normalisasi dengan Tel Aviv.
Pukulan Bagi Netanyahu
Pernyataan MBS ini dinilai sebagai pukulan telak bagi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Selama ini, Netanyahu kerap membanggakan bahwa ia bisa mencapai perdamaian dengan negara-negara Arab (seperti Kesepakatan Abraham) tanpa harus menyetujui pembentukan negara Palestina. Namun, Arab Saudi sebagai pemimpin dunia Islam kini telah menarik garis merah yang jelas.
Sikap Riyadh ini mengirimkan pesan kuat kepada Washington dan Tel Aviv: Jalan menuju perdamaian di Timur Tengah harus melewati Ramallah (Palestina), bukan melangkahinya.
Baca juga berita lainnya disini: Suara Kabar Media – Suara Kabar Media
Baca juga berita bekasi di: https://kabarbaghasasi.com/
























